Leave a comment

Kebiadaban Zionis Israel

a gazaKata-kata apa yang paling pas untuk menggambarkan serangan yang kini dilancarkan oleh Zeonis Israel kepada bangsa Palestina di Jalur Gaza? Jawabannya tidak ada lain kecuali kata biadab!

Ya, biadab! Tidak ada lain. Biadab dapat diartikan sebagai perbuatan barbar (Inggris: barbarian, Latin: barbaria, barbarinus). Sinonim dari biadab adalah brutal dan kejam. Dalam konteks pergaulan antar-bangsa, persoalan yang diselesaikan dengan perang, teror, dan intimidasi, maka bangsa yang melakukan perbuatan itu disebut sebagai bangsa biadab. Mereka sangat berbahaya karena akan mengganggu ketertiban umum dunia.

Mari kita simak apa yang sedang diperbuat  Zionis Israel kepada bangsa Palestina di Jalur Gaza. Bulan Juli merupakan puncak musim panas di sejumlah besar kawasan Timur Tengah, termasuk di Gaza. Suhu udara bisa mencapai di atas 40 derajat. Bandingkan dengan Jakarta yang hanya sekitar 30 derajat. Pada suhu sepanas itu masyarakat di Gaza, sebagaimana umat Islam lainnya, sedang menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Pada kondisi seperti itulah, Zionis Israel kini melancarkan serangan udara ke Gaza.

Mereka membombardir rumah-rumah masyarakat Palestina di Jalur Gaza tanpa ampun. Sejumlah bangunan dan fasilitas umum kini hancur rata dengan tanah. Hingga hari keenam serangan udara kemarin, sedikitnya 150 warga dikabarkan telah menjadi syahid. Sujumlah lebih dari 1500 orang luka-luka berat dan ringan. Mereka yang menjadi korban, baik yang meninggal dunia maupun yang luka-luka, pada umumnya adalah warga biasa/sipil, di antaranya anak-anak dan perempuan.

Bayangkan bagaimana penderitaan yang sedang dialami para warga Palestina di Jalur Gaza. Mereka bukan hanya menghadapi suhu udara yang panas dan sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, tapi juga harus menderita dihantam serangan militer Zionis Israel. Kini mereka pun merasa was-was harus menghadapi rencana serangan darat militer bangsa Yahudi. Serangan Zionis Israel, sebagaimana terjadi beberapa kali sebelumnya, jelas menyebabkan penderitaan berkepanjangan masyarakat Palestina di Jalur Gaza. Anak-anak yang menjadi yatim ditinggalkan orang-tuanya. Orang-tua yang kehilangan anak-anaknya. Suami ditinggalkan isteri dan isteri ditinggalkan suami. Lalu adakah penderitaan yang lebih dahsyat dari semua ini?

Serangan Zionis Israel ke Jalur Gaza yang kesekian kalinya ini sebenarnya sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Yakni saat proses perundingan 9 bulan yang berakhir 29 April lalu gagal total. Dalam perundingan yang difasilitasi AS itu pihak Israel tidak bersedia mundur sejengkal pun dari persyaratan yang diajukan.

Antara lain, mereka menolak pembekuan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina, ogah membebaskan tokoh-tokoh Palestina yang sedang menghuni penjara-penjara Israel, menolak kembali ke batas-batas sebelum 1967. Sementara itu, dalam perundingan tersebut pihak Palestina sudah mau mengakui eksistensi dari negara Israel bila negara Yahudi itu mau berdamai dengan syarat-syarat yang disepakati kedua belah pihak. Pengakuan yang berkonsekuensi berdirinya dua negara yang berdampingan secara damai. Akibat dari kegagalan proses penjanjian damai itu, faksi Fatah yang selama ini mendominasi Pemerintahan Palestina di Ramallah, Tepi Barat, akhirnya merangkul faksi Hamas yang secara faktual berkuasa di Jalur Gaza. Hamas selama ini menolak keras proses perjanjian damai yang dilakukan oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas dengan Israel. Mereka lebih mengedepankan jihad  bersenjata.

Dengan kesepakatan Fatah dan Hamas untuk bersatu — dan sekaligus mengakhiri konflik selama tujuh tahun –,  Presiden Abbas berharap Palestina akan lebih kuat. Kuat di jalur diplomasi dan kuat di bidang militer. Namun, penyatuan kedua faksi kuat Palestina itu ternyata membuat Israel gerah. Apalagi Presiden Abbas juga telah mengancam bahwa pihaknya akan segera bergabung dengan 15 lembaga internasional. Langkah ini akan memungkinkan Palestina mengajukan kejahatan perang dan kemanusiaan Zeonis Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seperti dikutip media Al Sharq Al Awsat, langsung berang begitu mengetahui kesepakatan itu. Ia meminta Presiden Palestina untuk memilih ‘berdamai dengan Israel’ atau ‘bersatu dengan Hamas’. ”Dia (Presiden Mahmud Abbas—pen) tidak mungkin  memilih keduanya: damai dengan Israel dan sekaligus damai dengan Hamas,” katanya kepada wartawan. ”Saya berharap ia mau berdamai dengan Israel. Sayangnya ia tidak melakukannya.”

Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman, menganggap penandatanganan kesepakatan antara Hamas dan Fatah untuk membentuk pemerintahan teknokrat berarti pula kesepakatan buat mengakhiri proses perundingan damai antara Pemerintah Palestina dan Israel. Sedangkan menteri ekonomi yang juga ketua partai The Jewish Home, Naftali Bennett, menyebut kesepakatan Hamas dengan Fatah akan membentuk pemerintahan teroris.

Karena itu, tidak mengherankan bila Zionis Israel sejak awal telah — dan akan terus — mengganggu dan menggagalkan jalannya Pemerintah Persatuan Palestina. Termasuk melarang menteri-menteri yang berasal dari Hamas di Jalur Gaza untuk menghadiri pelantikan Kabinet Pemerintah Persatuan Palestina di Ramallah, Tepi Barat, pada awal Juni lalu. Juga menghalangi menteri-menteri dari Gaza untuk bergabung dengan koleganya dalam rapat-rapat kabinet di ibukota Tepi Barat itu.

Ketika pada akhirnya Pemeritah Persatuan Palestina bisa berjalan dengan baik, meskipun harus melalui telekonferensi dan rawan disadap, maka serangan Zionis Israel ke Jalur Gaza sekarang ini sebenarnya bukan hal yang tiba-tiba. Tanda-tanda serangan seperti ini sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Pertanyaannya, apa sebenarnya maunya Si Zionis Israel ini?

Tampaknya mereka memang tidak ingin hidup berdamai berdampingan dengan bangsa dan negara Palestina yang merdeka, di mana keduanya saling mengakui eksistensi masing-masing. Israel sepertinya hanya menginginkan menjadi satu-satunya negara digdaya di Timur Tengah yang wilayahnya membentang dari Sungai Nil di Mesir hingga  Eufrat di jantung negara-negara Islam.

Meskipun, untuk itu, Zionis Israel harus menjadi negara ekpansionis bin penjajah. Meskipun untuk tujuan itu, mereka harus melawan dunia internasional, dan tampaknya mereka tidak peduli. Sebagaimana mereka juga tidak peduli dengan cap negatif yang disandangnya selama ini.

Perilaku Zionis Israel seperti ini tentu sudah bisa digolongkan sebagai ‘mengganggu ketertiban umum dunia internasional’. Untuk itu, kebiadaban mereka harus dilawan! (rol/sp)

Sumber: The Muhammadiyah Post

Tulis Komentar Anda