1 Comment

Dari Sultan Sulaiman, Buat Prabowo

Dari Saya, Buat Prabowo

sultan sulaiman
Sudikah Bapak membaca coretan ini?
Kehadiran Anda di layar kaca beberapa tahun ini, sedikit pun tak membuat saya jatuh cinta. Saya berpikir untuk apa? Buat apa Bapak menghabiskan banyak uang untuk berebut pucuk pimpinan tertinggi negeri ini? Bukankah segala yang Bapak punya sudah serba melimpah? Benak awam saya menjatuhkan vonis, Bapak terlalu “kebelet”… Saya harus memastikan diri agar berhati-hati kepada mereka yang “kebelet” juga “yang tak tahu diri” jika itu berkenaan dengan kekuasaan. Rasulullah yang mulia berpesan demikian, nada pesannya kurang lebih, “menghindari memilih pemimpin yang terlalu “ingin”, juga berhati-hati kepada mereka yang tidak sadar diri pada kemampuan, tapi meyodorkan atau memantas-mantaskan dirinya “dipilih jadi pemimpin”
Hingga…!
Bapak dan HattaRajasa benar-benar telah ditetapkan sebagai Calon Presiden/Wakil Presiden dan secara pasti akan berhadapan berebut suara dengan sosok yang saya hormati pula, Pak Jokowi dan Jusuf Kalla. Darah kesukuan saya sempat mendidih, fanatisme “bugis” memaksa saya berpihak ke Jokowi karena berdampingan dengan Pak Jusuf Kalla. Di Kampung Kami, nama Jusuf Kalla (JK) adalah mantra, serupa Habibie dan Jenderal Jusuf, mereka punya posisi istimewa. Sebagian dari kami akhirnya “menetapkan pilihan ke Jokowi-JK” karena JK. Pula, ayah ibu saya, berulang kali mengonfirmasi, memastikan pilihan kepada pasangan ini, alasannya karena JK. Kata Ayah-Ibu saya, “Kalau bukan karena JK Nak, AyahIbu tak akan menetapkan pilihan pada 2″
Tapi…?
Apakah hanya alasan kedekatan itu saja?
***
Memang, sudah banyak informasi simpang-siur tentang Anda yang dominan minusnya. Anda, dalam persepsi banyak orang disebut “tukang jagal” penerus Tahta Orde Baru yang bersimbah darah. Anda, yang emosional-pemarah, anti-kritik pula anti-demokrasi, terbiasa menyelesaikan masalah dengan tangan-senjata, pukul dulu baru tanya. Anda, ngotot ingin jadi Presiden karena terlilit utang segunung, dan posisi puncak itulah yang akan menyelamatkan Anda dari jurang kebangkrutan, Anda ingin jadi presiden untuk menguras habis kekayaan negeri karena ambisi pribadi, memperkaya diri. Ada rumor beredar, jika kelak Anda berkuasa, maka segalanya akan berubah senyap, mereka yang nyaring bersuara akan hilang tanpa jejak. Karena Anda adalah mantan Panglima Pasukan Khusus yang Disegani di dunia, tentu itu mudah bagi Anda bukan?
***
Mantan Panglima Pasukan Khusus yang disegani? Tunggu dulu…
Mantan Panglima Pasukan Khusus yang disegani.
Dari sanalah kata kunci tentang Anda dimulai. Saya mencoba mencari catatan pembanding tentang Anda. Hasilnya? Luar biasa, Anda prajurit cemerlang yang pernah dimiliki negeri ini, Jenderal Bintang Tiga termuda. Ragam rekam jejak kegemilangan terpapar. Saya membangung postulat setelah sebelumnya belajar dengan kata kunci itu: Prabowo dengan pahit-pedis-manis kehidupan yang dipunyainya memang layak berdiri di hadapan jutaan rakyat Indonesia sebagai Presiden, sebagai Ayah, sebagai teman pula sahabat, sebagai motivator, sebagai inspirator, sebagai pelayan bagi kebagusan Ibu Pertiwi. Semoga Anda serupa Umar yang memikul sendiri gandum dan daging buat rakyatnya yang kelaparan. Mendiang Gus Dur pernah mengungkap demikian kedirian Anda: “Prabowo yang paling ikhlas”.Ya, Bapak sangat layak, saya menarik kesimpulan bahwa “Anda adalah Putra Terbaik Negeri yang telah dikorbankan, juga dimatikan!”
***
Emas terbaik tertempa berlipat-lipat panasnya nyala api.
Tapi Anda tidak gampang “mati”
Atas segala yang telah diambil paksa dari Anda: karier dan keluarga, mungkin dianggap sebagai “pukulan telak” berharap Anda KO, tapi Anda sulit ditumbangkan, Probowo yang saya rekam adalah “sejatinya pejuang”. Ketegaran menuntun Anda membaca lalu mengambil langkah taktis-strategis. Tentang Anda yang sering muncul di layar kaca, menghabiskan banyak uang, Anda hendak mengirim pesan “perlawanan”, saya akhirnya mengerti.
Dan, beberapa kejadian itu membuat saya terkesan.
Kepada lawan kau memberi sikap hormat, meski balasannya tak berbanding. Kau hendak menunjukkan kerendah-hatian, mengenyahkan dendam, menyambung tali-kasih, sikap itu menunjukkan kalau Prabowo telah merebut kemenangan mutlak. Anda telah menang Pak sejak memberi Hormat kepada SBY kala menjadi rival di pilpres sebelumya. (Sikap yang sama sekali tak ditunjukkan oleh Megawati kepada SBY, juga kepada Anda sendiri di Kantor KPU tempo pengambilan nomor urut). Ya! Pemimpin harus memunyai kebesaran jiwa!
Kepada lawan, bahkan secara benderang mengataimu psikopat-gila, juga secara terang menyerangmu dengan masa lalu, kau berlapang dada memberi jawaban tanpa harus membela mati-matian. Sesekali kau mendiamkan kicauan, mengajak pada persaudaraan, memastikan jika perbedaan tak mesti dirisaukan, diributkan, apalagi harus menumpahkan darah. Perbedaan adalah takdir bagi bangsa Indonesia, kau tentu tahu itu. Setelah proklamasi, kita telah bersepakat untuk berdiri bersama dalam kondisi ragam-beda dan itu adalah anugerah. Maka sikap(nampak)mu memastikan ruang beda itu menjamur namun tidak saling mencederai adalah nyata. Saya berharap Bapak bisa belajar dari SBY dalam hal menempatkan para pendengki dan pencaci-maki. Dia biarkan suara-suara bising itu berdenging di udara memantul di banyak mulut berdenting dari jutaan gendang telinga, namun secuil pun tak ingin membungkamnya.
Dan saya harus kecewa pada sosok yang saya hormati yang jadi lawan tandingmu, karena benih perbedaan itu akhirnya diruncingkan dan tumbuh menjadi permusuhan. Kata telah dibalas dengan senjata, tinju, dan batu, melakukan penyegelan, pembungkaman bagi kemerdekaan, dan tindak anarkis lain yang jelas memasung demokrasi kita. Terpapar jika “revolusi mental” sekadar jualan, sebagai sabda kibul untuk posisi, orang-orang yang mengaku paling demokratis justru lebih berbahaya karena yang dia sembunyikan sejatinya tirani. Pembungkaman itu adalah ‘tirani” bagi demokrasi. Anda jelas berbeda Pak!
Kepada kawan yang jadi lawan, ada stasion teve yang menyiarkan video ‘seolah” penolakanmu menempelkan pipi setelah berjabat-tangan adalah karakter aslimu. Tidak! Saya mencerna adegan itu, dan analisis awam saya, aksi jabat-tanganmu memang hanya sekadar jabat tangan, tidak sampai pada cipika-cipiki (terbukti semua yang berjabat denganmu tak ada yang menempelkan pipinya, Bapa kita itu saja yang terlalu pede menyodorkan pipi sedang Anda sudah berlalu. Hasilnya tentu kecele…:-) ) Jika sudi, Anda bisa memberikan klarifikasi tentang ini…
***
Itu
“Anda yang tukang jagal, juga siap membungkam mereka yang berbeda, penerus tirani silam”
Ingatan saya terhadap keruntuhan Orde Baru tentu tak sekuat mereka yang terlibat aktif dalam demonstrasi, pula yang harta-benda, keluarganya jadi korban. Saya belum purna dari bangku SD saat itu, menyaksikan mahasiswa menyemut dari layar-kaca hitam putih, melihat Soeharto mendeklmasikan pengunduran diri lalu digantikan Habibie. Euforia kami saat itu para murid SD hanya bahwa “Kita telah dipimpin oleh Presiden Paling Cerdas, yang didambakan para orang tua agar anaknya serupa dia: Habibie.
Saya membuka catatan-catatan itu, dari para penutur yang pro dan kontra yang berbunyi tetang keterlibatan Anda. Ya! Kesimpulan saya makin kuat, Anda telah dikorbankan oleh sebuah kepentingan maha-dahsyat yang cemburu juga terusik dengan sepak terjang, dedikasimu bagi pertiwi menyingkirkan kepalsuan. Saya percaya pada kesucian kalimat Soe Hoek Gie.
“Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas tapi naif. Kalau ia berdiam 2-3 tahun dalam dunia nyata, ia akan berubah,” Catatan Soe Hoek Gie 25 Mei 1969.
Karena Anda “terlalu”, terlalu cerdas, terlalu gemilang, mungkin pula kala itu terlalu “ganteng” sebagai perwira jadi banyak yang mencemburui-mu, Jenderal Bintang Tiga termuda juga menantu Presiden. Itu spektakuler Pak…! Anda membuktikan jika cemburu itu amat biasa bagi mereka yang siap berkompetisi. Meski telah disingkirkan, Anda ternyata membawa bibit kecemburuan baru bagi kawan-lawan masa lalumu. Purnawirawan kaya, politisi mentereng dengan jutaan fans di dunia nyata maupun maya…! Anda terlalu Pak…!
Soe Hoek Gie: ia akan berubah…!
Bagi saya, masa lalu Anda yang “gelap” tidak cukup kuat memaksa saya berubah pilihan. Bagi setiap kita, masa lalu telah menjadi bagian tak sempurna dari ketidakbijaksaanaan memaknai kehidupan. Kita yang sekarang tak bisa dipasung oleh masa lalu, karena setiap kita kata Om Mario Teguh punya masa depan yang masih suci. Saya, mungkin mewakili generasi yang tidak memiliki dendam masa lalu dengan Anda dan tidak terlalu peduli tetang siapa Anda di masa dulu. Saya hanya sangat peduli, tentang ingin Anda apakan saya (kami) dan bangsa ini di masa depan. Tak ada sikap paling kesatria terhadap masa lalu selain memaafkan…! (Saya tidak percaya Bapak terlibat, kalau Bapak terlibat lalu kekuatan apa yang bisa menghalangi untuk menyeret Bapak ke bilik eksekusi?)
***
(Saya berbeda dengan Ayah-Ibu, Probowo adalah pilihan yang tepat buat Indonesia saat ini. Bukankah kita harus berhati-hati dengan sosok-sosok ini: Anak muda yang dipenuhi ambisi dan orang tua yang tak tahu diri. Sosok sesuku yang sama kita hormati itu harusnya lebih bisa memegang kata-katanya menjadi Guru Bangsa saja. Dengan begitu dia lebih bisa digugu sebagai guru kehidupan…! dia membuka mata saya, dengan menjadi calon wakil presiden bagi anak muda yang dikuasa ambisi, menurunkan derajat kualitas kewibaan dirinya, juga merendahkan posisinya sebagai guru bagi kita semua!)
***

Doa-doa saya Pak!
“Allah kami, Semoga Nama Probowo (nya/dia)-Hatta Rajasa telah tertulis di langit Ramadan-Mu tahun lalu, di lembaran lauhulmahfudz dalam kejadian Malam Seribu Bulan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih Republik Indonesia Periode 2014-2019. Semoga takdirMu bertemu dengan usaha-jerih-gigihnya, dan Anda tetap amanah”

“Allah kami, sempurnakan kebahagiannya dalam cinta kepada-Mu, kepada kami, kepada orang-orang yang menitip harap di pundaknya, pula satukan cintanya yang berjarak, dengan mengukuhkanya kembali sebagai sepasang kekasih bersama Bunda Titiek.” (Setiap Bapak memandang Bunda Titiek yang saya tangkap dari layar kaca, saya dapat pastikan dari sorotan mata Anda, ada cinta yang “megah” di sana)

“Allah kami, pula jika kau berkehendak lain atas takdirnya, semoga dia selalu menunjukkan bakti cintanya bagi nusa bangsa, bagi kemanfaatan ibu pertiwi”

Aamiin_
Sekian Pak (Presiden)

Saya: SultanSulaiman, Seorang Abdi Negara di Gorontalo

One comment on “Dari Sultan Sulaiman, Buat Prabowo

  1. […] alamat kemana saya harus membaca isi tulisannya secara keseluruhan. Tulisan itu diberi judul “Dari Saya, Buat Prabowo” Tulisan ini dimuat di lifestile […]

    Like

Tulis Komentar Anda