Leave a comment

Tidak ada Ayah

Yusuf

Biarkan senyum itu selalu ada meskipun ayah jauh di pandangan mata tetapi ayah  ada di dalam hati

Buat para bunda yang selama ini mengasuh anak tanpa suami (single Parent) mungkin kita memiliki banyak kekhawatiran. Cepat atau lambat yang pasti suatu saat, anak kita pasti akan bertanya tentang ayahnya. Semakin besar, dia akan makin mengamati bahwa sebuah keluarga itu selalu terdiri dari ayah, ibu dan anak(-anak)nya. (Seperti yang ia amati dari keluarga saudara-saudaranya, keluarga teman-temannya, dari film-film yang ditontonnya di televisi, dan mungkin juga dari pelajaran di sekolahnya).
Kekhawatiran kita bisa berasal dari anggapan kita bahwa kita telah memberikan kehidupan yang tidak sempurna bagi si kecil. Tapi, coba kita periksa dan amati lagi, apakah sampai ia berusia 2 tahun, ada masalah dengan si kecil? Apakah ia termasuk anak yang bermasalah seperti cengeng atau suka mengamuk, misalnya? Atau sebaliknya, dia happy-happy saja? Kalau jawabannya ada pada yang kedua, berarti kita telah memenuhi kebutuhannya akan kasih sayang, tak peduli ada ayahnya atau tidak. Jadi, kita tak perlu khawatir. Terangkan saja pada si kecil apa yang telah terjadi pada kita dan pasangan; dan bahwa memang ada bentuk keluarga yang hanya terdiri dari ibu dan anak saja atau ayah dan anak saja.
Yang lebih perlu kita perhatikan adalah (apalagi kalau anak kita seorang laki-laki), ada tokoh ‘ayah pengganti’ bagi si anak; apakah itu opanya, om-nya, atau teman dekat kita. Gunanya adalah agar si kecil memiliki contoh (role model) untuk bisa tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa.

Buat para Bunda yang punya pengalaman, bisa dishare di komentar biar kita saling berbagi.

sumber: http://www.parenting.co.id/

Tulis Komentar Anda